Materi Kurikulum Merdeka Bahasa Indonesia Kelas 10 Bab 3 Menyusuri Nilai dalam Cerita Lintas Zaman

Berikut ini Materi Kurikulum Merdeka Bahasa Indonesia Kelas 10 Bab 3 Menyusuri Nilai dalam Cerita Lintas Zaman Sesuai dengan Buku Terbitan Kemdikbudristek Tahun 2022.

Pada tahun 2022 penerapan kurikulum merdeka mulai diterapkan pada satuan pendidikan yang mengikuti program Sekolah Penggerak dan Sekolah yang melaksanakan secara mandiri.

Kurikulum merdeka bertujuan memberikan pembaharuan guna meningkatkan kualitas pembelajaran yang telah dilaksanakan dari kurikulum sebelumnya. Misalnya seperti Materi Bahasa Indonesia Kelas 10 Bab 3 Menyusuri Nilai dalam Cerita Lintas Zaman ini.

Kurikulum merdeka belajar memberikan kemerdekaan pada sekolah untuk merancang proses serta materi pembelajaran yang relevan dan kontekstual perubahan dalam kurikulum merdeka ini dengan aspek yang berubah dari kurikulum sebelumnya. Contoh Materi Kurikulum Merdeka Bahasa Indonesia Kelas 10 Bab 3 Menyusuri Nilai dalam Cerita Lintas Zaman berikut ini sudah Kami Siapkan.

Materi Bahasa Indonesia Kurikulum Merdeka ini disusun berdasarkan struktur Kurikulum merdeka sesuai jenjang SMA/MA Kelas 10 Bab 3

Materi Bahasa Indonesia Kelas 10 Bab 3 Kurikulum Merdeka

A. Mengidentifikasi Ide dan Makna Kata dalam Hikayat

Kata hikayat diturunkan dari kata bahasa Arab “haka” yang mempunyai arti: menceritakan, menirukan, mewartakan, menyerupai, berkata, meneruskan, dan melukiskan (Baried dkk, 1985, 9).

Hikayat ialah karya sastra lama Melayu berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-undang, dan silsilah bersifat rekaan, keagamaan, historis, biografis, atau gabungan sifatsifat itu.

Hikayat dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekadar untuk meramaikan pesta

B. Membandingkan Karakterisasi dan Plot pada Hikayat dan Cerpen

Meskipun hikayat dan cerpen sama-sama merupakan cerita naratif berupa fiksi, ada perbedaan antara keduanya. Hal tersebut terjadi karena perbedaan kondisi sosial dan budaya pada saat cerita tersebut dibuat. Hikayat yang dibuat pada masa kerajaan tidak dapat lepas dari nuansa istana, baik pada tokohnya maupun setting cerita.

Tokoh pada hikayat cenderung berlatar belakang keluarga kerajaan atau orang-orang di sekitarnya. Keluarga kerajaan dikenal dengan orang[1]orang yang sakti hingga sering diceritakan dapat melakukan hal-hal yang tidak wajar. Bahkan, para tokoh tidak hanya diambil dari kerajaan yang ada di bumi, tetapi juga kerajaan kayangan. Perbedaan kasta di setiap golongan masyarakat muncul sangat jelas pada cerita. Hal ini sangat berbeda dengan cerpen yang lebih variatif mengambil tokoh dalam cerita.

Alur yang digunakan pada hikayat adalah alur maju. Berbeda dengan cerpen yang memiliki alur lebih variatif.

Sudut pandang penceritaan pun berbeda antara hikayat dan cerpen. Hikayat menggunakan sudut pandang orang ketiga, orang yang men[1]ceritakan. Adapun cerpen menggunakan sudut pandang yang beragam.

Nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra, termasuk hikayat, terdiri atas nilai pendidikan, religius, moral, dan nilai sosial.

  1. Nilai pendidikan adalah nilai yang berkaitan dengan semangat atau kemauan seseorang untuk terus belajar secara sadar.
  2. Nilai religius merupakan nilai yang mengikat manusia dengan Pencipta alam dan seisinya.
  3. Nilai moral merupakan suatu penggambaran tentang nilai-nilai kebenaran, kejujuran, dan ajaran kebaikan tertentu yang bersifat praktis.
  4. Nilai sosial berkaitan erat antara hubungan individu dan individu lainnya dalam satu kelompok.

C. Menggunakan Kaidah Bahasa dalam Hikayat dan Cerpen

KONJUNGSI URUTAN WAKTU

Konjungsi urutan waktu digunakan untuk menyatakan urutan sebuah kejadian berdasarakan waktu terjadinya, baik itu sebelumnya, saat, maupun setelahnya.

Penggunaan konjungsi urutan waktu yang tidak tepat akan mengubah logika alur cerita dan koherensi sebuah paragraf. Hal lain yang perlu diperhatikan dari penggunaan konjungsi waktu adalah frekuensinya.

Majas

Majas atau gaya bahasa sangat erat kaitannya dengan cerita fiksi. Majas digunakan untuk menambahkan keindahan cara penyampaian cerita.

Beberapa majas yang sering kali digunakan, baik dalam hikayat maupun cerpen adalah sebagai berikut:

Antonomasia

Antonomasia adalah majas yang menyebut seseorang berdasarkan ciri atau sifatnya yang menonjol.

Contoh:

  1. Hatta beberapa lamanya maka istri si Miskin itu pun hamillah tiga bulan lamanya.
  2. Tak tahu mengapa, saat itu aku mengucapkan terima kasih kepada perempuan tua itu

Personiikasi

Personiikasi adalah majas yang menyatakan benda mati maupun benda hidup yang bukan manusia (hewan/tumbuhan) sebagai sesuatu yang seolah-olah bersifat dan berlaku layaknya manusia.

Contoh:

  1. Samar-samar nyanyian jangkrik terdengar di sampingku.
  2. Angin menyambar wajahku.

Simile

Majas simile adalah majas yang membandingkan suatu hal dengan hal lainnya secara eksplisit menggunakan kata penghubung atau kata pembanding. Kata penghubung atau kata pembanding yang biasa digunakan antara lain: seperti, laksana, bak, dan bagaikan.

Contoh:

  1. “Kamu tidur seperti kerbau,” canda ibu.
  2. Mereka selalu bertengkar bak kucing dan anjing

Metafora

Metafora adalah majas yang menggunakan kata atau kelompok kata untuk mewakili hal lain yang bukan sebenarnya, mulai dari bandingan benda fisik, sifat, ide, atau perbuatan lain. Metafora tidak menggunakan kata penghubung atau kata pembanding seperti simile.

Contoh:

  1. Seperti biasa, setibaku di istana tuaku, perempuan tua menyambutku dengan hangat.
  2. Ia adalah tulang punggung keluarga.

Hiperbola

Hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung pernyataan dengan cara melebih-lebihkan sesuatu dari yang sebenarnya.

Contoh:

  1. Seraya berkata kepada suaminya, “Adapun akan emas ini sampai kepada anak cucu kita sekalipun tiada habis dibuat belanja.”
  2. Aku tak dapat berbicara, tanganku dingin bak es yang keluar dari freezer

D. Menulis Cerpen Berdasarkan Nilai dalam Hikayat

Agar memudahkan dalam menulis cerita, maka dapat memulainya dengan membuat kerangka cerita menggunakan peta konsep.

Peta konsep adalah gambar yang digunakan untuk menjelaskan hubungan beberapa hal atau konsep secara lebih ringkas dan menarik.

E. Membuat Media Presentasi Berupa Video Gerak Henti

Video gerak henti adalah salah satu teknik animasi untuk membuat objek yang dimanipulasi secara fisik agar terlihat bergerak dengan sendirinya. Objek tersebut digerakkan sedikit demi sedikit pada setiap frame yang akan difoto.

Gambar latar adalah gambar yang tidak perlu digerakkan pada satu adegan.

Gambar bergerak adalah gambar yang harus digerakkan secara perlahan pada setiap kali pengambilan gambar agar cerita tampak hidup.

 

Demikianlah Materi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas 10 Jenjang SMA/MA khususnya pada Bab 3 tentang Menyusuri Nilai dalam Cerita Lintas Zaman, semoga materi ini dapat membantu para siswa yang akan menggunakannya sebagai bahan belajar dan berlatih.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Blog ads

ADS